Saturday, June 13, 2015

Pergilah




Aku bersujud lagi, dalam sangkar yang kupahat sendiri. 
Kata-kata tercekat begitu engkau tiba, menatapku sendu lewat mata yang selalu menusuk, tepat di debar terasingku. 

Aku tak ingin jatuh cinta kepadamu.. 
sungguh...

Lantas diam menjadi udara, hujan berhenti membisikkan betapa dekat mimpi yang terlanjur kutinggalkan. 
Engkau masih memandangku tanpa nyala api, sedang aku masih mematung, merentangkan hatiku, hampa tak berbalas..

Engkau berlalu, menggamit angin yang meniup habis sisa asaku. 
Gerimis membawa seluruh cinta dan hidup, merenggut tenang yang baru hendak kulayari. Khayalku, bersamamu..

Ah, pertemuan bukanlah janji.
 Hanya ada raga yang ingin berlari, dan jiwa yang ingin mati. 
Sebab yang kunikmati kan menjelma puisi, yang tak jenuh merahasiakan tentangmu. 
Yang kerap mengundang tangis sebelum fajar datang...

Aku akan menunggu, sampai benakku mampu melepaskan tajam rindu. 
Mungkin nanti aku akan mampu membalas hujam matamu, tanpa suara, seperti biasa. 
Hanya isyarat yang tak pernah menafsirkan apapun. 
Kelak aku akan tersenyum, meski erat dekapmu hanya bisa kunyanyikan dalam tidur.

Kepada senja pula, alunan sepi kubiarkan bercengkerama. 
Walau matahari tak lagi mengenal diri, langit masih tetap sama. 
Engkau tak pernah tahu, namun biarlah. 
Setidaknya dalam waktu yang kita pinjam, bahagia pernah bertemu.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search